Duterte pernah memerintahkan pengeboman Masjid Bangkerohan pada Tahun 1993 sebagai bentuk balasan atas pengeboman di Katedral Davao

Accehonegazen- Seorang pria bernama Edgar Matobato dua hari lalu mengungkapkan kebrutalan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam menghadapi pelaku kriminal di depan sidang Senat.
Pria berusia 57 tahun itu mengaku dia adalah mantan pembunuh bayaran suruhan Duterte yang bertugas menghabisi para penjahat di Kota Davao ketika Duterte menjabat sebagai wali kota selama 22 tahun. Dalam pengakuannya, Matobato mengungkapkan betapa sadis dan brutalnya Duterte menangani para pelaku kejahatan ketika menjadi wali kota Davao. Sejak menjabat presiden bulan Juni lalu Duterte sudah memerintahkan aparat keamanan menghabisi para pelaku kriminal,

 terutama para pengedar dan pemakai narkoba. Alhasil, sudah lebih dari 3.000 orang tewas dihantam timah panas aparat tanpa pengadilan alias main hakim sendiri. Apa saja jejak rekam kesadisan Duterte ketika menjabat sebagai wali kota Davao yang diungkapkan oleh Matobato? Berikut ulasannya:


1. Bentuk pasukan khusus buat habisis pelaku kriminal 

Matobato mengatakan dia sudah mengenal Duterte sejak dua dekade lalu saat sang presiden masih menjabat wali kota Davao City. Duterte, kata dia, secara pribadi menyuruhnya melakukan serangkaian pembunuhan dengan tim khusus bernama Pasukan Kematian Davao.

 "Kami ditugaskan membunuh pelaku kriminal setiap hari, termasuk pengedar dan penjambret," kata Matobato, seperti dilansir koran the New York Times, Kamis (15/9). Awalnya, kata dia, pasukan khusus itu berjumlah tujuh orang dan kemudian bertambah menjadi puluhan. Pasukan itu bekerja atas sepengetahuan polisi Davao.

 Matobato bahkan mengungkapkan mayat korban kerap mereka biarkan tergeletak di jalanan, dilempar ke selokan, dibuang ke laut dengan sayatan di bagian perut supaya tidak mengapung atau untuk santapan buaya. "Orang-orang di Davao City seperti ayam, mereka dibunuh tanpa alasan," kata Matobato.


 2. Duterte pernah perintahkan serang masjid 

 Edgar Matobato, nama si pembunuh bayaran berusia 57 tahun itu, mengatakan Duterte pernah memerintahkan pengeboman Masjid Bangkerohan pada 1993 sebagai bentuk balasan atas pengeboman di Katedral Davao.

 Dalam pengeboman di katedral yang terjadi Desember 1993 itu enam orang tewas dan lebih dari 130 orang luka. Delapan jam kemudian terduga militan Kristen membalas serangan itu dengan melemparkan dua granat ke Masjid Bangkerohan.

Satu granat meledak dan satu lagi tidak. Dalam peristiwa itu tidak ada korban. Matobato mengaku dia melemparkan sebuah granat itu ke dalam masjid tapi tidak meledak.

 Akibatnya Duterte memerintahkan langsung Pasukan Kematian Davao menangkap tersangka muslim yang diduga pelaku pengeboman katedral. "Kami hajar mereka dan kemudian membunuhnya dan menguburkan mayatnya di sebuah tempat penggalian," kata Matobato, seperti dilansir koran the New York Times, Kamis (16/9).


3. Duterte tembak mati pejabat kehakiman dengan senapan Uzi 

mengatakan Duterte pernah menembak mati seorang pejabat kehakiman dengan senapan Uzi dan menyuruh lawan politiknya jadi santapan buaya hidup-hidup. Matobato menyatakan dia adalah anggota Pasukan Kematian Davao, tim khusus pembunuh pelaku kriminal yang dibentuk Duterte ketika menjabat wali kota pada 1988.

Di depan Senat itu, Matobato menceritakan pengalaman tugasnya pada 1993. Suatu hari misi pasukan pembunuh kriminal terhambat karena ada mobil seorang pejabat departemen kehakiman dari Biro Penyelidik Nasional yang menghalangi jalanan di sebelah selatan Kota Davao. Si aparat saat itu sudah kehabisan peluru dan terluka akibat baku tembak.

 Duterte kemudian muncul dengan senjata Uzi. "Wali Kota Duterte yang menghabisinya. Dia menghabiskan dua senapan Uzi untuk memberondongnya," kata Matobato, seperti dilansir koran the Daily Mail, Kamis (15/9). "Saya tidak membunuh siapa pun kecuali diperintahkan Charlie Mike," ujar Matobato. Charlie Mike adalah nama sandi Duterte bagi Pasukan Kematian Davao.

Pengakuan Matobato itu memperkuat dugaan selama ini yang menyebut Duterte adalah dalang di balik pembunuhan terhadap lebih dari seribu pelaku kriminal, termasuk anak-anak di Davao ketika dia menjabat wali kota Davao. "Tugas kami adalah membunuh para kriminal, pemerkosa, pengedar, dan penjambret. Kami membunuh orang hampir tiap hari antara 1988 dan 2013," ujar Matobato.
Share:

0 comment:

Post a Comment